Pemberdayaan Perempuan Harus diperkuat

Peran perempuan di Indonesia masih sedikit timpang dibandingkan peran laki-laki, baik di dunia kerja, kontribusi terhadap ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Oleh karenanya, peran perempuan harus dipacu untuk lebih bergerak cepat agar dapat berkontribusi dalam perekonomian nasional. Demikian yang disampaikan oleh Isdina Farhah S. Ars (Mahasiswa MEP FEB UGM) yang menjadi pembicara dalam acara Diskusi Ala Ekonomi Pembangunan, pada Sabtu (8/01/2022).
Acara yang diselengarakan oleh Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ini bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Magister Ekonomi Pembangunan (HIMMEP) UGM dan Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI). Seminar tersebut telah diikuti sekitar 91 peserta melalui aplikasi Zoom.

Dalam satu dekade terakhir, pembangunan manusia Indonesia secara nasional terlihat terus mengalami kenaikan. Secara umum, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki sebesar 75.96 cenderung lebih besar dibandingkan IPM perempuan 69.18. Faktor yang menyebabkan lemahnya IPM perempuan salah satunya akibat dari rendahnya sektor pendidikan dan kesehatan. Kedua sektor tersebut menjadi salah satu kunci untuk membangkitkan peran perempuan untuk mendapatkan panggung di sektor-sektor penting di Indonesia, Papar Ketua HIMMEP UGM itu.
Dengan mendorong sektor pendidikan, lanjut Isdina, para perempuan dapat memiliki potensi yang besar dalam memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Bahkan, dengan diperkuatnya tingkat pendidikan mereka, itu dapat menjadi potensi dalam dunia kerja, yang diharapkan tingkat pengeluaran per kapita perempuan dapat tumbuh.

Mahasiswa FEB MEP UGM itu menambahkan peran perempuan juga tidak hanya diutamakan untuk sektor birokrasi. Namun, mereka juga bisa terlibat dalam daya saing di dunia bisnis dan ekonomi kreatif. Di era saat ini, bisnis kreatif memang harus di dorong oleh perubahan sikap dan aktivitas dari setiap masyarakat. Karena semakin majunya zaman dan perubahan revolusi industry, maka keahlian memang sangat dibutuhkan.
Ini dapat menjadi potensi bagi para perempuan untuk terlibat dalam bisnis kreatif seperti penjualan barang dan jasa online, jasa pariwisata, seni rupa, arsitektur, desain interior, dan masih banyak lagi.

Tantangan SDM harus fokus pada pola penanaman nilai-nilai gender di sekolah dasar. Hal itu mengingat bahwa SDM harus melewati jenjang pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi. Pola penanaman nilai-nilai gender sangat diperlukan dalam menyiapkan SDM berkualitas untuk menghadapi era 4.0. Bahkan skenario terbaiknya, gender equality dengan mendukung pemberdayaan perempuan dapat mendorong kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB), tutup Isdina dalam Closing Statement-nya.

Telah dimuat juga pada: https://panipi.id/2022/01/capresma-ung-2022-dea-rahmawati-bicara-ketahanan-perempuan-melalui-bisnis-kreatif/

Leave a Reply