Seminar Nasional Dies ke-29 MEP FEB UGM

Magister Ekonomika Pembangunan FEB UGM kembali mengelar Seminar Nasional dengan tajuk “Pembangunan Infrastruktur dalam rangka Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan”. Seminar diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-29 MEP FEB UGM bertempat di Hotel Morazen Kabupaten Kulon Progo, Jum’at (28/6).

Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni FEB UGM, Gumilang Arya Sahadewo menyampaikan pemilihan tema dan tempat seminar ini sangat tepat, untuk menjawab tantangan utama dalam sustainability, karena Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu primadona pariwisata dengan pembangunan infrastruktur yang terus berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan beroperasinya bandara baru.

Selaras dengan konsentrasi baru yang diluncurkan Program Studi MEP yaitu Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Gumilang berpesan untuk terus membangun kerja sama dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah di seluruh wilayah Indonesia, didukung oleh peran aktif alumni untuk menjadi katalisator membangun kerja sama di masa depan.

Kabupaten Kulon Progo dibangun dengan memperhatikan seluruh aspek, kondisi dan potensi, dengan luas wilayah 57.772 Ha. Sesuai tagline “Sambanggo” (sambang Kulon Progo) yang artinya mendatangi, Kulon Progo ingin menggali potensi dari masing-masing kapanewon untuk dikembangkan, kata Srie Nurkyatsiwi (Pj Bupati Kulon Progo).  Hotel berbintang yang terus dibangun di Kulon Progo, menjadikan pariwisata terus dikembangkan dengan memunculkan destinasi wisata baru.

Seminar Nasional Dies Natalis Ke-29 MEP ini, juga menghadirkan tiga pembicara yang berkompeten dimasing-masing bidangnya, yaitu:

  1. Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D., Guru besar FEB UGM yang saat ini menjabat sebagai Staf Khusus untuk Urusan Ekonomi dan  Investasi Transportasi – Menteri Perhubungan RI.
  2. Prof. Devanto Shasta Pratomo, M.Si., Ph.D., Guru Besar FEB UB dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Anggota Wantimpres, juga alumni MEP FEB UGM Angkatan 11.
  3. Ir. H. Jonahar, M.Ec.Dev., alumni MEP FEB UGM Angkatan 50, yang saat ini menjabat sebagai Plt. Dirjen Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang  (PPTR), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Pariwisata harus selalu terkoneksi dengan regulator dalam sebuah ekosistem, agar tidak merusak alam, dan harus mulai beralih menuju blue and green economy, kata Prof. Wihana. Tiga misi strategis konektivitas transportasi dalam konteks pengembangan pariwisata berkelanjutan: (1) mendukung pertumbuhan ekonomi, yang umumnya diikuti dengan perkembangan fisik kawasan terbangun; (2) mendukung keberlanjutan secara umum, baik secara lingkungan, sosial maupun ekonomi; dan (3) mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan, khususnya destinasi-destinasi wisata berbasis ‘heritage’ yang berstatus situs warisan dunia.

Prof. Wihana, memberikan contoh konsep Joglo Semar adalah sebuah konsep dengan pendekatan holistik untuk pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan strategi pembangunan modern. Joglo berarti rumah tradisional Jawa yang melambangkan keutuhan, kearifan lokal, dan kekuatan dalam kebersamaan. Sedangkan Semar adalah  tokoh wayang yang bijaksana, melambangkan kebijaksanaan, kesederhanaan, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pariwisata sangat dinamis dan cepat mengalami pemulihan saat terdampak krisis. Sektor pariwisata Indonesia menempati posisi ketiga dalam aspek pemulihan pasca krisis pandemi covid-19 di Asia, ujar Prof. Devanto. Penerimaan sektor wisata kreatif lebih stabil dibanding dengan sektor budaya. Dampak desentralisasi terhadap industri budaya membuka kesempatan kepada pemerintah daerah untuk memiliki ide dan inovasi baru. Namun, banyak Pemda yang tidak siap dan kurang memiliki kemampuan dalam mengembangkan ide-ide dan inovasi.

Aspek tata ruang dan legislasi tanah dalam pengembangan infrastruktur, juga sangat penting untuk diperhatikan dalam membangun kawasan pariwisata yang berkelanjutan. Kawasan pariwisata tidak boleh dibangun menjadi kawasan industri, jelas Djonahar. Dengan adanya bandara, Djonahar mengusulkan untuk membangun kawasan lapangan golf, bercermin pada negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan yang memiliki kawasan golf dekat dengan bandara. Kabupaten Kulon Progo juga mempunyai potensi wisata yang besar dengan menarik wisatawan khusus melalui penampilan sendratari dan festival budaya.

Leave a Reply