SLEMAN-Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada menyelenggarakan kuliah umum dengan topik “ Statistik Ketenagakerjaan di Indonesia†di Auditorium Mubyarto MEP FEB UGM, Selasa (12/09) yang diikuti oleh sebagian besar mahasiswa kelas kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Program Linkage. Sebagai pembicara Drs. Razali Ritonga, M.A. yang saat ini menjabat Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPS, memaparkan mengenai konsep ketenagakerjaan, bagaimana fenomena ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia berdasarkan data BPS dan bagaimana tantangan ke depannya.
Razali mengatakan bahwa penduduk bekerja di Indonesia pada Februari 2017 sebanyak 124,54 juta orang, naik sebanyak 6,13 juta orang dibanding keadaan Agustus 2016 dan naik sebanyak 3,89 juta orang dibanding Februari 2016. Disisi lain, angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 131,55 juta orang, naik sebanyak 6,11 juta orang dibanding Agustus 2016 dan naik 3,88 juta orang dibanding Februari 2016.  “Hal ini sejalan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang mengalami kenaikan pada Februari 2017 tercatat sebesar 69,02 %,†ungkapnya. Namun, jika diperhatikan berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki yang sebesar 83,05 persen sementara perempuan hanya sebesar 55,04 persen, hal ini mengindikasikan adanya potensial lost.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2017 sebesar 5,33 %, mengalami penurunan sebesar 0,28 % dibanding Agustus 2016 dan turun sebesar 0,17 % dibanding Februari 2016. Penurunan tersebut imbas dari berbagai kebijakan pemerintah terkait penciptaan lapangan kerja tampaknya cukup berhasil menekan tingkat pengangguran, ditunjukkan dengan persentase yang bergerak menurun tersebut. “Ada provinsi di Indonesia yang mengalami kelangkaan tenaga kerja, yaitu Provinsi Bali, karena TPT sebesar kurang dari 2,5 %,†ungkap Razali Ritonga. “Nilai tersebut bisa berarti bahwa yang menganggur hanya orang sakit/cacat di daerah tersebut dan hal ini perlu menjadi perhatian khusus dari pemerintah,†imbuhya.
Tingkat Pengangguran Terbuka berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, tingkat SMK memiliki TPT tertinggi. Padahal SMK dipersiapkan untuk siap kerja. Hal ini ditengarai karena perusahaan lebih suka merekrut SMA daripada SMK dan dinilai SMA lebih pintar daripada SMK. Perusahaan ingin membentuk orang, bukan orang yang sudah terbentuk dimana SMK telah terbentuk spesialisnya. Perlu mendapatkan perhatian pengalokasian lulusan SMK, bahwa bisa jadi bahwa lulusan SMK dibutuhkan di daerah lain di Indonesia yang tidak ada sekolah SMK sedangkan daerah yang terkonsentrasi sekolah SMK kurang membutuhkan lulusan SMK.
Pada Februari 2017, sebesar 58,35 % penduduk bekerja pada kegiatan informal, dan persentase pekerja informal naik 0,07 % poin dibanding Februari 2016. Selama setahun terakhir, sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja adalah Sektor Jasa Kemasyarakatan (0,42 %), Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (0,27 %), Sektor Pertanian (0,12 %); dan Sektor Industri (0,07 %). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Konstruksi (0,64 %) dan Sektor Perdagangan (0,25 %). Pada Februari 2017, terdapat 30,14 % penduduk bekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam seminggu) mencakup 7,62 persen setengah penganggur dan 22,52 % pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir, setengah penganggur turun sebesar 1,05 %, sementara pekerja paruh waktu naik sebesar 1,08 %. Rata-rata upah/gaji sebulan buruh/karyawan/pegawai pada Februari 2017 sebesar 2,70 juta rupiah, tertinggi di sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 4,43 juta rupiah, sedangkan terendah di sektor pertanian yaitu sebesar 1,75 juta rupiah. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, rata-rata upah/gaji sebulan buruh/karyawan/pegawai laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu 2,95 juta rupiah dan 2,27 juta rupiah.
Tantangan ke depan yang harus dihadapi Indonesia adalah perubahan struktur penduduk menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Perubahan struktur penduduk telah mendorong konsumsi yang tinggi berkontribusi pada pertumbuhan.Kebijakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan dalam memanfaatkan perubahan struktur penduduk (bonus demografi) yaitu kebijakan untuk jangka pendek dengan memanfaatkan kenaikan jumlah penduduk usia produktif melalui peningkatan produksi dan konsumsi dan jangka panjang dengan memanfaatkan akumulasi aset yang dapat menjadi investari produktif. Dimana syarat utamanya adalah peningkatan produktivitas dan iklim investasi dan lembaga keuangan yang mumpuni.
Investasi utama yang diperlukan dalam memanfaatkan bonus demografi adalah yang pertama investasi sumber daya manusia, diantaranya dengan meningkatkan jaminan kesehatan dan perbaikan nutrisi, memperluas pendidikan menengah universal, meningkatkan akses dan kualitas pendidikan tinggi, serta meningkatkan produktivitas angkatan kerja dan usia lanjut. Yang kedua mendukung investasi kapital yaitu dengan pengembangan produk tabungan, deposit, saham, dan jenis investasi jangka panjang lainnya, stabilitas politik dan ekonomi, sistem perbankan dan investasi yang mumpuni, serta sistem pensiun yang berkesinambungan. “Ada cara untuk mengurangi pengangguran tanpa harus meningkatkan infrastruktur maupun investasi, yaitu dengan peraturan. Peraturan yang dimaksud adalah larangan pekerja rangkap, tidak boleh ada pekerja anak, dan sejahterakan lansia,†ungkap Razali Ritonga di akhir sesi pemaparan kuliah umum. (ntr)