KULIAH PERDANA MAHASISWA BARU SEMESTER GASAL T.A. 2019/2020

Sleman (10/08), Indonesia merupakan Negara yang sangat besar dengan lebih dari 17 ribu pulau dan 82 ribu desa. Hal tersebut berimplikasi pada semakin banyaknya aset, orang, ataupun institusi yang harus dikelola dengan baik. Mengelola sumber daya yang banyak dan beragam bukanlah pekerjaan mudah khususnya di bidang pengelolaan keuangan dan aset negara. Mewujudkan pengelolaan keuangan dan aset negara yang akuntabel dan transparan menjadi salah satu prioritas pemerintah Indonesia.

Kuliah perdana mahasiswa baru MEP FEB UGM semester gasal tahun ajaran 2019/2020 bertemakan “Mewujudkan Pengelolaan Keuangan dan Aset Negara yang Akuntabel dan Transparan” disampaikan oleh Prof. Dr. Mardiasmo, M.B.A., Ak. , C.A., Guru Besar Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, dengan moderator Dr. Dumairy, M.A. selaku Ketua Program Studi MEP FEB UGM. Kuliah perdana ini diselenggarakan untuk mahasiswa baru Program Studi MEP FEB UGM. “selamat datang di MEP FEB UGM, semoga semua mahasiswa baru yang berasal dari berbagai institusi pemerintah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik” sambut Prof. Mahfud Sholihin, Ph.D. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan mewakili Dekan FEB UGM.

Diawali dengan menjelaskan mengapa kita harus bangga pada Indonesia yang sangat besar dan beragam, Mardiasmo juga menjelaskan Indonesia berkembang lebih lambat daripada negara seperti Singapura ataupun Vietnam yang memiliki area yang tidak seluas Indonesia dan tidak berbentuk kepulauan seperti Indonesia. “Indonesia memiliki 17 ribu pulau yang semuanya harus menyambung dan bersinergi tidak hanya berjejer saja tetapi harus ada komunikasi antara sentral dan lokal karena di Indonesia ada dua tier pemerintahan yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota” ungkapnya.

Mardiasmo menjelaskan walaupun dalam beberapa tahun terakhir, indikator- indikator ekonomi Indonesia terus meningkat tetapi permasalahan seperti kemiskinan atau ketidakmerataan ekonomi masih tetap ada. “Walaupun indikator ekonomi kita naik 3 kali lipat tetapi mengapa kemiskinan tidak turun 3 kali lipat juga? Apa yang menyebabkan kelambatan ini?” tanya Mardiasmo pada peserta kuliah perdana ini. Mardiasmo menjelaskan bahwa Indonesia sangat besar tidak seperti negara lain sehingga larinya tidak bisa kencang, banyak sekali terjadi operasi tangkap tangan, aparatur yang tidak amanah dan bahkan ditangkap KPK. Mardiasmo juga menjelaskan tetang salah satu hasil karyanya saat menjabat sebagai wakil menteri keuangan yaitu Dana Insentif Daerah (DID). “DID adalah salah satu alat fiskal yang benar – benar bisa digunakan untuk merancang kebijkan karena DID mengakomodasi untuk meningkatkan kinerja daerah ketika surat teguran tidak mempan, DID akan memberi insentif pada daerah yang mampu memenuhi kriteria tertentu dan memberi hukuman ketika daerah memiliki kinerja buruk” ungkapnya. (bgs)

Leave a Reply